Pengertian keris
Pada awalnya keris adalah merupakan senjata khas Jawa yang
mematikan dan memiliki kekuatan gaib. Keris biasa dipakai para prajurit
kerajaan pada jamannya dengan cara menyelipkannya di balik pakaiannya. Sekarang
keris banyak dibuat untuk pelengkap berpakaian khas Jawa dengan menyelipkannya
di pinggang bagian belakang. Keris yang disebut belakangan ini tidak memiliki
kekuatan gaib dan tidak mematikan, hanya sekedar untuk pelengkap berpakaian
saja.
Bentuk Keris
Keris menurut bentuknya dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu:
1. Keris luk, keris yang terdapat lekukan pada badan logamnya.
Lekukan ini menentukan nama dari keris tersebut. Jika keris memiliki 3 luk,
maka disebut keris luk 3, dst;
2. Keris lajer, keris ini tidak memiliki lekukan. Batang bilahnya
berbentuk panjang dan lurus. Pada jaman dahulu, keris dibuat oleh empu yang
ditugasi untuk membuat senjata-senjata kerajaan.
Pembuatan Keris
Pembuatan keris mealui dua cara, yaitu pejetan (proses pembuatan
dengan jari tangan) dan atau dengan panas api. Keris yang dibuat oleh empu
menyatukan kekuatan gaib dan fisik logam. Kekuatan dari keris bisa berasal dari
beberapa macam kekuatan. Kekuatan yang berasal dari makhluk halus biasanya
masuk setelah keris selesai dibuat, sedangkan kekuatan yang berupa doa dan
lelaku sang empu akan muncul bersamaan dalam proses pembuatan keris tsb. Keris
karena memiliki kemampuan yang luar biasa, maka mampu bertahan hingga ribuan
tahun hinggan dapat diwariskan secara turun temurun. Empu adalah orang yang
memiliki keahlian membuat senjata: keris, kujang, patrem, cundik,dan tombak.
Keris pertama dibuat pada tahun 125 oleh Empu Ramahadi dengan karyanya Sang
Pasopati dan Sang Cundik Arum.
Keris yang dibuat sesudah jaman Mataran (Kertasura) biasa disebut
keris nom-noman (muda), denganciri-ciri:
► Lebih tebal
► Lebih berat
► Pamornya nampak suram
► Umumnya bukan luluhan
► Logam nampak kurang matang
► Sor-sorannya cenderung lebar
► Yang berbentuk ukir-ukiran (bergambar) bekas pahatannya
kelihatan jelas dan baru.
Bagian-bagian Keris
Keris memiliki 3 bagian, yaitu
1. Keris (bilah logam)
2. Gagang Keris (ukiran), gagang keris harus dapat menyatu
dengan pesi keris dalam kondidi apapun. Gagang keris juga harus memperhatikan
kekuatan gaib yang ada di dalam keris. Jika keris memiliki sifat yang keras dan
kasar, maka harus dipilih jenis kayu yang berlawanan.
3. Warangka (rangka) adalah sarung dari keris yang dipergunakan
untuk menyimpan keris agar aman dibawa dan memiliki bentuk yang menarik.
Warangka mempunyai pengaruh yang besar terhadap kekuatan gaib yang ada dalam
keris. Warangka ada dua bentuk, yaitu bentuk Jogjakarta dan bentuk Solo.
Perbedaan terletak pada bagian gayaman atau branggahnya yaitu bentuk kayu yang
terletak pada bagian pintu bilah keris atau pada bagian atas warangka keris.
Bentuk Solo memiliki ciri kedua ujung branggahnya tumpul, sedangkan branggah
bentuk Jogjakarta runcing.
Cara Merawat Keris
Keris-keris di keraton Solo maupun Jogja dimandikan secara khusus
dan serentak setiap Malam 1 Suro (Tahun Jawa)
Keris terbuat dari logam yang mudah berkarat, maka dibutuhkan
adanya perawatan yang akan mengurangi adanya bahaya karat pada permukannya.
Keris biasanya akan diolesi dengan minyak. Minyak yang dipakai untuk merawat
keris ini dapat berupa minyak wangi yang memiliki fungsi lainnya, yaitu sebagai
media sesaji. Keris memang selalu identik dengan makhluk halus yang ada di
dalamnya.
Keris membutuhkan perawatan secara berkala, yaitu:
1. Diberikan minyak. Minyak memiliki fungsi untuk meampakkan pamor
dan merawat keris dari bahaya karat. Minyak wangi yang biasa digunakan untuk
merawat keris, yaitu: minyak jafaron (zafaron) untuk memberikan sesaji pada apa
yang ada di dalam keris, minyak misik sebagai pelindung dari karat dan dapat
menampilkan pamor yang tersembunyi, minyak melati untuk menggantikan posisi
bunga melati yang digunakan untuk sesaji.
2. Dilakukan pembersihan dengan menggunakan air jeruk nipis
yang berfungsi untuk membersihkan serbuk karat yang menempel pada permukaan
keris dan untuk membersihkan minyak yang sudah harus dihilangkan dari keris.
3. Dilakukan warangan untuk meberikan racun dalam jumlah
tertentu dan membersihkan kotoran yang melekat pada keris. Proses ini dilakukan
dengan membakar keris hingga suku tertentu. Warangan juga dapat menimbulkan
racun tanpa memasukkan racun baru, karena dengan proses warangan , pori-pori
dari permukaan keris akan terbuka sehingga racun yang sudha tertutup ini akan
terbuka.
4. Menyimpan dalam ruangan khusus, yang sesuai adalah
menyimpan keris di dalam almari.
Keris Dalam Penilaian Tradisi Jawa
Pada masyarakat Jawa, seorang pria telah dianggap sempurna apabila
dia mempunyai 5 hal, yaitu wismo, kukilo, wanito, turonggo dan curigo/keris.
Penjelasan singkatnya sebagai berikut:
1. Wismo, artinya rumah, seorang yang telah mempunyai rumah
dianggap mapan hidupnya dan berpenghasilan cukup;
2. Wanito, orang yang telah menikah dianggap telah memilih jalan
hidup yang benar dan bertanggungjawab;
3. Kukilo, artinya burung dan identik dengan suaranya yang merdu.
Filosofinya adalah seorang suami atau ayah yang bersuara lembut tentu bisa
menenangkan dan menyenangkan keluarganya;
4. Turonggo, artinya kuda atau kendaraan. Dalam hal ini orang
harus memiliki kendaraan kehidupan atau jalan hidup agar dapat mengendalikan
hidupnya supaya mapan;
5. Curigo atau Keris, keris melambangkan ketajaman pikir. Penting
bagi orang memiliki pikiran yang tajam dan wawasan yang luas. Di masa lalu
halini ada di urutan terakhir, sementara di jaman kini, halini berada di urutan
pertama.
5 Keris Paling Terkenal di Indonesia
Keris Mpu Gandring. Keris ini paling terkenal dalam berdirinya
Kerajaan Singasari di Malang Jawa Timur. Keris ini terkenal karena kutukannya
yang memakan korban kalangan elit Singasari termasuk pendirinya dan pemakainya
yaitu Ken Arok. Keris ini dibuat oleh Mpu Gandring atas pesanan Ken Arok.
Keris Kyai Setan Kober. Keris ini milik Adipati Jipang, Arya
Penangsang. Keris ini dipakai saat bertanding melawan Sutawijaya. Pada saat
bertanding, tombak Sutawijaya mengenai usus Arya Penangsang hingga terburai.
Dengan sigap Arya Penangsang menyangkutkan buraian ususnya pada warangka
kerisnya. Tanpa sadar ia mencabut kerisnya hingga keris memotong ususnya hingga
ia tewas. Sutawijaya terkesan dengan Arya Penangsang yang gagah dengan ususnya
yang terburai menyangkut pada kerisnya. Sejak saat itu pengantin pria memakai
keris dengan hiasan roncean melati pada kerisnya. Roncean melati untuk
menggantikan usus yang terburai. Sampai sekarang tradisi ini masih dipakai.
Keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Kedua keris ini adalah
peninggalan Raja Majapahit.
Kanjeng Kyai Condong Campur. Keris ini adalah salah satu
pusaka Kerajaan Majapahit yang banyak disebut dalam legenda. Keris ini dibuat
oleh seratusmpu dengan bahan keris diambil dari berbagai tempat. Keris ini
sangat ampuh tetapi mempunyai watakyang jahat.
Keris Taming Sari. Pemilik keris ini bernama Taming Sari,
seorang hulu balang Kerajaan Majapahit. Keris ini kemudian bertukar tangan
dalam suatu duel keris dengan seorang hulu balang Melaka bernama Hang Tuah yang
kemudian membunuh Taming Sari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar